Senin, 05 November 2012

Kamu dan Semua Kebohonganmu

Sore itu tampak cerah dari biasanya. Aku duduk menatap senja yang memerah kala itu. Ia sangat indah, aku menyukai senja bukan karena namaku juga Senja. Tapi ... senja memiliki kenangan manis untukku, lebih tepatnya kita.

Masa lalu. Dua kata yang ingin ku buang jauh-jauh dari ruang pikirku. Memang, kita tak boleh sepenuhnya melupakan masa lalu, tapi untuk apa diingat-ingat lagi bila hanya menimbulkan kesakitan yang mendalam ? Bukankah kita tidak boleh bersahabat dengan hal-hal yang menyakiti diri sendiri ? Bukankah kita hidup tentang masa kini dan yang akan datang ? Lantas mengapa masih banyak saja orang yang terbelit masa lalu yang begitu menyeramkan ? Pertanyaan itu termasuk ditujukan untuk diriku.

Telah tiga tahun lamanya, setelah semuanya aku ketahui. Kebohonganmu, kepalsuanmu, kebusukanmu semuanya telah terungkap. Siapa kamu dan apa tujuanmu, semua sudah jelas pada hari itu juga.

Berawal dari pertemuan singkat yang sengaja diciptakan oleh Tuhan. Kita saling beradu mata saat acara itu. Konser amal yang diselenggarakan oleh kampusku. Kamu dan bersama teman-teman kampusmu termasuk dalam donatur dalam acara itu. Ah ... kala itu tampangmu bak pangeran yang baru turun dari kastilnya mencari permaisurinya yang telah lama menjelajahi bumi, aku. Akulah permaisurimu, sayang. Kau tersenyum padaku begitu manis dan ramah, aku pun membalasnya, sederhana. Tapi kala itu aku bersikap cuek padamu, karena cowok yang memiliki tampang sepertimu pasti telah banyak digila-gilai wanita bahkan dimiliki atau memiliki.

***

Seminggu, dua minggu, tiga minggu berlalu sejak acara itu, dan kau pun masih berusaha memberikan perhatian yang sangat besar untukku, mulai dari menanyakan apakah aku sudah makan belum hingga mengantarkanku ke kampus dan menjemputku. Tapi ... lagi-lagi aku belum berhasil ia raih, hingga tepatnya tanggal 02 Juli 2009, hatiku akhirnya luluh, meluruh semua karena perhatian dan sikap-sikapmu yang begitu meng-istimewakanku sayang. Aku tak mampu lagi tuk menyembunyikan rasa ini, rasa yang kumiliki sejak awal pertemuan bola mata kita itu, sayang. "Aku tak mau kehilangan sosokmu." Kalimat itulah yang pertama kali keluar saat aku memutuskan tuk menjalin hubungan denganmu, menjadi kekasihmu. Ah ... indah. Dunia kala itu seakan milik aku dengannya. Suara gemuruh ombak serta alunan angin yang memainkan rambutku denganmu, dan tak lupa, burung-burung pun seperti ingin ikut bahagian dengan kita, ia terus menari diatas sana, mengepakkan sayapnya kemanapun ia inginkan.

***

Setengah tahun, akhirnya aku bisa melewati hubungan ini denganmu. Sosokmu yang begitu memesona. Mata hitam-mu, rambut keriting-mu, serta tegap bahumu. Aku sangat menyukai itu. Aku menyukai semua yang ada padamu.

"Hei, kok ngeliatin akunya gitu banget sih ?" Suaranya memecahkan lamunanku terhadap sosok didepanku yang diciptakan Tuhan amat (mungkin begitu) sempurna.

"Hm .. gapapa ko" Tungkasku.

"Ah ... bilang saja, kamu terpesona kan dengan ketampananku ini ? hahaha ..." Tawa menggelegar dari sosoknya yang kemudian diikuti olehku.

***

"Reno, kamu apa kabar ?" Itu salah satu pesan yang masuk dalam ponselnya Dewa. Seingat aku, yang memanggilnya Reno tak hanya sekali, dua kali, bahkan lebih. Aku pun pernah bertanya tentang ini pada Dewa, tapi ia bilang hanya salah sambung.

Semakin kesini, sikap Dewa mulai berubah, tak lagi seperti yang dulu ku kenal. Perubahan sikapnya itu tepat saat ke-delapan kalinya aku menyakan tentang siapa Reno dan  ... nama aslinya siapa ?

Sampai pada sebuah ketikan jemariku yang berhenti pada akun facebook bernama Reno Aditya. Ku telusuri semuanya. Seperti ada pisau yang sangat tajam menusuk dadaku. Aku sakit, sesak mengetahui semuanya.

***

"Kamu siapa ?" Pesan singkat yang ku tujukan pada Dewa.

"Aku Dewa lah, kamu ini kenapa ?" Balasnya disana.

"Nama asli kamu siapa ?" Beberapa menit ku tunggu tak ada jawaban, hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkannya sebuah pesan singkat lagi.

"Nama asli kamu Reno Aditya ?"

"Iya, gabisa ngelak" Tangisku tumpah, tak dapat lagi ku bendung. Semuanya, semuanya sudah jelas dimalam ini. Dalam hati ku berteriak, aku meronta, selama ini dia siapa, sosok yang selama ini menempati ruang dihatiku.

***

Tiga hari kemudian setelah kejadian itu, Reno memang sempat meminta maaf dan ... selanjutnya ia tak pernah menghubungiku kembali sampai sekarang. Semua kegilaan yang ia buat, semua kebohongan yang tercipta hanya untuk sebuah popularitas. Nama samaran yang ia sandang juga bukan hanya Dewa, masih banyak Dewa-Dewa yang lain diluar sana.

Betapa aku masih tak mengerti jalan pikirnya. Hanya untuk sebuah popularitas ? Ia rela mempermainkan banyak perasaan diluar sana termasuk aku yang terjebak dalam ke-iseng-an-nya. Konyol ! Kamu lucu Reno ! Kamu ingin semua orang diluar sana mengetahuimu, mengenal sosokmu yang begitu ramah, sopan, baik hati, tapi dengan cara seperti itu ?

Tindakan yang kamu pikir itu lucu belum tentu lucu dimata yang lain, sayang.

Terima kasih karena telah meng-ijinkan aku
untuk bisa menyayangimu dan
bermain dalam ke-iseng-anmu

Tidak semua hal itu mudah terlupakan dan
termaafkan, sayang.

syifamaudiyah:)

Tidak ada komentar: