Rabu, 31 Oktober 2012

Bianglala :)

Malam itu angin seperti kekasih, setia menemani kemanapun langkahku. Aku bahagia malam itu, aku merasakan kebersamaan dan  ... cinta. Ah... lagi-lagi tentang cinta. Hm mungkin emang takdir seorang manusia tak pernah lepas dari kata  C I N T A. Tahukah ? Mungkin malam itu, para bintang dan bulan yang menyaksikan dua sepasang insan dan merasakan kecemburuan yang amat besar.

Malam itu, aku duduk berdua dengannya, diatas hm diatas ? entahlah, pokoknya aku bahagia kala itu. Ditakdirkan untuk duduk bersamanya, melihat pemandangan dari atas sana. Indaaaaaaah.... sangaaaaat indah. Terlebih dengan dia disebelahku. Matanya, hidungnya, poninya dan senyumnya, tak pernah luput dari pandangan mataku.

Malam itu, mungkin malam terbahagia yang pernah aku rasakan bersamanya. Diatas bianglala aku bersamanya. Orang yang selama ini aku cintai hampir tiga tahun lamanya. Kali ini, ia digenggaman hatiku, bukan hanya jiwanya tapi hatinya pun tercurah untukku.

Bianglala ...
Tempat terindah yang pernah ku rasakan
Bianglala ...
Tempat kenanganku dengannya diceritakan
Bianglala ...
Tempat cintaku dan cintanya tercurahkan

Andai aku diizinkan kembali untuk kesana, akan ku ukir cerita baru yang lebih manis, ya tentu dengan lelaki itu, lelaki pertama dan semoga yang terakhir membuat jantungku berdebar tak karuan melebihi saat menaiki halilintar ataupun tornado. Ah ... Bianglala aku cinta padamu :)

untukmu lelaki yang memiliki tatapan menawan
tak terkalahkan oleh bintang sekalipun
terimakasih atas kenangan yang kau berikan
aku mencintaimu

Rabu, 31 Oktober 2012
syifamaudiyah:) 

Rabu, 03 Oktober 2012

Bersahabat Dengan Sepi

Teruntuk malaikat-malaikat yang
dirindukan perhatiannya oleh puterinya :)

Malam semakin membungkusnya, detik yang terus berdenting bagai alunan yang teratur semakin menyudutkannya. Sepi kini semakin menusuk dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Cahaya bulan dan bintang-bintang diatas sana pun tak mampu memberikan setitik cahaya untuknya yang kini merasa sangat bersahabat dengan kesepian.

 Semakin larut, tajamnya sunyi semakin menusuk-nusuk organ terlembut yang dimilikinya. "Apa salahku ? Mengapa kini sepi ingin dekat denganku ?" tanyanya miris dalam hati. Menyedihkan. Tak ada yang mampu menjawab hanya kosong dan suara-suara detik jam dinding yang terus bermain serta alunan lembut udara yang membangunkan rambut-rambut dilengannya. Dingin dan kesendirian, itu seperti makan malam untuknya kini.

Dia pandangi layar ponselnya yang tak menyiratkan ada pesan masuk bahkan panggilan. "Bodoh, aku masih saja menunggunya yang tak akan pernah datang" dalam lirihnya yang kemudian turun hujan sangat deras hingga membasahi pipi kenyalnya.

"Ya Allah, kalau boleh aku kembali, aku ingin dipertemukan lagi dengan waktu dimana aku dengan mereka semua masih berkumpul disini, membagi canda dan tawa serta cinta yang terlihat seperti tak akan pernah luntur. Aku ingin kembali dimasa mereka masih memberikan seluruh perhatiannya, hanya untukku, tertawa karena tingkah polosku, dan bila aku diizinkan untuk itu, aku ingin tetap berada dalam lorong waktu itu, abadi. Karena kala itu aku hanya mengenal air mata ketika dengkulku luka, atau terjatuh saat bermain sepeda, atau dimarahi mamah, tapi kini ... air mata itu nyatanya lebih kejam, lebih menyakitkan, teramat sangat membekas dan sulit ku hilangkan." ucapnya lirih dalam sujud tengah malamnya.

Awan gelap kini menghampiri kembali, tak lama hujan turun sangat deras disudut bulatan itu bersama duri-duri tajam yang menyakiti. Ia tumpah kan segala rasa yang menggerogotinya selama ini, hujan itu semakin deras.

Dia masih sangat kecil bila dilihat dalam sisi jiwanya walaupun KTP telah tergenggam ditangannya. Tapi, sifat kekanankannya masih sangat melekat dalam jiwanya, menyelimuti batinnya yang kini tersiksa. Ia masih ingin sepenuhnya diperhatikan, dimanja walau dilihat dari umur tidak sepantasnya lagi ia memiliki pemikiran seperti itu. Tapi, salahkah kalau nyatanya ia masih memiliki keinginan seperti itu ? Dia hanya gadis polos yang kini duduk disudut keramaian dengan mata sembap serta kekuatan yang semakin menipis.

Sepi. Akhirnya sepi bisa membunuhnya perlahan. Membunuh dengan cara pelan-pelan namun sangat menyakiti. Disayat-sayat oleh benda tumpul, lama sangat lama, kemudian keluar cairan lalu ? Entahlah, mungkin saat ini ia adalah sosok yang paling menyedihkan disudut renyahnya tawa dan kepalsuan
Tak mungkin ia menyalahkan Sang Pencipta. Meski ia tahu akan ada hikmah dibalik semuanya, tapi ? lagi-lagi ia berpikir apa salahnya ? mengapa setelah hidup selama 17 tahun baru kali ini merasa diselimuti oleh tebalnya kesepian yang menggigilkan batinnya.

Dia lelah, terus bersembunyi dan bergenggam pada kekuatan yang hampir habis dan tak ada lagi cadangannya. Matanya semakin membengkak, terus-menerus hujan itu turun tanpa tahu kapan akan berhenti. Ia adalah puteri kecilnya yang kini merasa kesepian.

"Ya Allah kembalikanlah mereka dan waktu yang dulu untukku"
ucapnya bersama tangis yang menyayat hati.

Ruang Gerakku, 03 Oktber 2012
syifamaudiyah:)