Kamis, 21 Desember 2017

Just Through It :)

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh ...

Bismillah

Tadi, barusan banget aku baru aja nonton vlognya salah satu youtuber perempuan favorit saya karena pola pikir dan sikapnya yang secara tidak langsung selama ini mempengaruhi kehidupan aku. Tentunya ke arah yang lebih baik.

Hari ini, beliau membahas tentang "suicide". Yang aku juga pernah baca kalau beberapa hari yang lalu ada artis K-Pop yang meninggal dikarenakan bunuh diri. Dan dia bilang "don't lose hope". Yap. Aku setuju.

Sedikit berbagi, dulu, duluuuu banget aku gak pernah berpikiran akan berhubungan dengan kata "suicide" itu. Menurut aku, dikepala aku, nalar aku itu tabu banget. Sampai pada waktunya, temen deket aku yang mengatakan "hal tabu" itu. Sedikit - banyak aku jadi tau, kenapa mereka sampai seperti itu. Ingin melakukan itu. Sebenarnya, jauuuuh didasar hatinya mungkin mereka gak ingin, tapi omongan - omongan yang bertebaran ditiap sudut kepalanya memerintahkan "dengan bunuh diri masalah akan selesai".

Dan satu juga yang aku tau, jangan sekali - kali mengatakan "masih banyak orang yang sayang sama kamu, gak mikirin orang tua kamu ? Atau orang - orang yang sayang sama kamu gimana perasaannya kalau tau kamu ngelakuin itu ?" DON'T. Please, don't say it! Karena dari jawaban yang aku terima mereka - malah - semakin - ingin - melenyapkan - dirinya.

Yang mereka butuh bukan itu. Mereka cuma butuh siapapun yang bisa mengerti apa yang mereka rasa, tapi ya lagi - lagi belum ada (menurut mereka). Padahal, kalau kita mau merenung lebbbihh dalam lagi, akan ada satu nama yang setia ada untuk kita -Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Bahkan yang tidak kita ucap sekalipun.

Aku bukan mau sok tau, atau sok ngajarin. Tapi, jujur kurang lebih seminggu yang lalu aku pernah berpikiran kesana. Iya melakukan hal yang dulu sangat tabu dibenakku. Karena ada sedikit masalah tapi efeknya ke aku rasanya besar banget, karena berhubungan dengan nyawa orang. Aku merasa "tidak layak" sebagai seorang tenaga kesehatan. Sedalam itu tekanan yang aku rasa dan itu aku buat sendiri. Sempat terlintas "apa meniadakan diri aja kali ya biar selesai?" Seriously. Berkali - berkali kalimat itu terulang dipikiran aku selama satu harian full setelah aku dapat masalah itu. Aku hampir putus asa. Astagfirullah ..

Tapi, tiba - tiba ada kalimat lain yang datang di kepalaku. "Semua orang punya masalah, dan mungkin masalahnya jauhhh lebih besar dari yang aku alamin, tapi mereka bisa melewatinya". Iya cuma melewatinya. Hanya tentang waktu. Dan ini juga tentang takdir Allah. Aku berpikir semuanya udah diatur sama Yang Maha Pengatur. Maha Tahu segalanya, dan fasenya ya aku harus melewati ini.

Akhirnya, muncul lagi kalimat "cukup sabar dan solat sebagai penolongmu". Aku ubah pemikiran aku, aku ulang - ulang terus kalimat itu. "Aku ngalamin ini udah qadarullah, Allah gak minta aku untuk nyelesain masalahnya dengan mikirinnya sampe lelah, tapi Allah cuma minta aku untuk sabar dan solat". Ya, sesimpel itu. Wait and shalat. Aku cuma butuh kuat untuk ngelewatin fase ini aja.

Finally, aku bisa. Dan benar, cuma sabar dan solat. Terus minta sama Allah diselesain masalahnya, dikasih kekuatan, ketabahan, keikhlasan, kedewasaan dan yang paling penting minta kemampuan untuk bisa belajar dari masalah yang ada supaya gak keulang lagi.

Sekian, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh ..

"When you have a problem, Allah don't asking you to think about it untill tired. Allah just asking you to wait and shalat" -as simple as that.

Jangan raguin kekuatan doa, terutama di tiga waktu mustajab : saat hujan turun, antara adzan dan iqomah, doanya buka orang yang sedang berpuasa.

Kamis, 21 Desember 2017

-syifamaudiy

Selasa, 10 Oktober 2017

Sebuah Doa

Apakah Allah ridho, bila aku memiliki gelar diploma, sarjana bahkan profesor. Namun, pemahaman ilmu agamaku selevel anak TK? -unknown

Ya Allah, datangkanlah dia - dia yang mau berjuang dan membimbingku menuju-Mu. Segera pertemukan dan persatukan kami dalama ikatan yang Engkau ridhoi, ya Rabb. Aamiin ...


Selasa, 10 Oktober 2017
Sebuah doa dariku untuk kehidupan kita kelak-
Semoga Allah ridho

Rabu, 16 Agustus 2017

Fobia Bukan Lelucon!

Fobia Itu Bukan Lelucon !

Fobia adalah rasa takut berlebihan pada suatu objek atau situasi tertentu. Yang bisa menyebabkan depresi, kecemasan atau bahkan kepanikan yang parah. Fobia dibagi menjadi dua jenis menurut ketakutannya :
1. Fobia spesifik, yang berkembang sejak masa kanak-kanak atau remaja.
2. Fobia kompleks, berkembang di masa dewasa.
Selain gejala psikologi, menurut sumber yang saya baca fobia bisa berdampak pada keadaan fisik, seperti disorientasi, pusing, mual, tubuh gemetar, telinga berdenging, bahkan sampai terasa sesak napas. (Sumber : alodokter.com)

Kenapa saya menulis ini? Karena menurut saya perlu. Saya sendiri adalah salah satu yang memiliki fobia dan itu sangat mengganggu. Ya kan? Apalagi ketika teman - teman kamu tahu kalau kamu memiliki fobia akan satu hal yang pada akhirnya mereka jadikan lelucon.

Percayalah, untuk kalian yang mengganggap fobia itu sebuah lelucon dan jadi bahan tertawaan kalian. Hilangkan! Untuk kalian itu mungkin sangat lucu, melihat teman atau orang lain menjerit ketakutan atau bahkan gemetar dan keringatan. Tapi sekali lagi, ini bukan lelucon. Kondisi itu bisa menjadi lebih seperti sesak napas dan akibatnya? Kalian tentu paham. Dan itu karena kalian.

Kalau kalian pikir, fobia adalah hal yang dibuat - buat. Silahkan kalian alami sendiri bagaimana rasanya punya fobia akan suatu hal. Bukan, bukan maksud saya menyerapahi agar itu berbalas ke kalian. Tapi, cobalah berempati. Kalau kalian tidak bisa menyembuhkan, jangan memperparah.

Saya menulis ini, karena jujur sudah lelah memberitahu mereka yang menurut saya "lebih memahami" tapi ternyata paling sering. Saya lelah memberitahu mereka sebagaimanapun pelan dan kerasnya saya memberitahu. Saya lelah mencoba menyampaikan bagaimana kondisi saya yang sebenar - benarnya ketika mereka melakukan itu. Di dalam tubuh saya menjerit - jerit, yang cuma bisa terdengar oleh telinga kepala saya.

Mereka, seperti tidak tahu, atau memang tidak tahu atau pura - pura tidak tahu. Mereka terlalu asyik dengan menjadikan "fobia" salah satu alasan mereka tertawa. Seberapa keraspun saya meneriakan didepan mereka bahwa "gue takut! Ini gak lucu! Ini fobia! Bukan takut biasa! Gue juga gak mau kaya gini. Ngertiin tolong! Stop! Aaaaak!" Mereka hanya tahu, ketika saya seperti itu mereka tertawa. Mereka tidak tahu malamnya saya tidak bisa tidur, karena timbul bayangan - bayangan pada objek yang saya hindari, pun saya coba menutup mata atau membuka mata. Sama saja. Dan setelah itu, tangan saya gemetar, jantung saya berpacu lebih cepat, dan keringat mengucur.

Hai, Kawan! Percayalah. Fobia bukan lelucon ...

Bagaimana lagi saya harus menjelaskan? Jangan membuat saya jadi menghindari kalian atau bahkan unrespect hanya karena hal yang bisa kalian tahan. Ini fobia dan bukan lelucon!


-salam Sissy
Saya menulis ini bukan karena bangga memiliki fobia, tapi tolong pahami kami-bersama-fobia-kami yang sedang berusaha untuk disembuhkan.