Minggu, 22 Februari 2015

Good Bye, Diy

Anggap saja saat ini aku sedang berikhtiar. Berusaha terlepas dari apapun tentang kamu dan semestamu. Bukan maksud menjauh atau lari dari kenyataan. Aku cuma ingin mengembalikan setidaknya merapikannya kembali walaupun tidak serapi dulu saat kau temui. Untuk kamu Diy... Maaf. Bukan ku ingin berhenti dengan mu. Aku tengah [mencoba] realistis. Semakin ku lihat kamu dimanapun dalam apapun bentuknya sedetik itu pula aku uring dan jujur aku lelah.

Salahku yang tidak pernah mengejarmu? Salahku yang terlalu takut akan dunia yang melihat? Salahku yang takut dengan semestamu? Salahku yang hanya berani mengungkapkan tanpa memperjuangkan? Iya semuanya salahku, Diy.. Yang bahagia sekaligus jatuh pada dirimu yang memang mengikat.

Terkadang terlintas keinginan untuk bercerita dan menanyakan padamu langsung, menghabiskan 24 jam bersamamu. Membahas kita; aku dan kamu. Tanpa mereka atau dia. Dan kemudian pulang lalu aku melupa.

Diy.. Pernahkah aku mengatakannya? Bahwa aku sampai tidak bisa bernapas, membeku dan itu karena satu hal yang kau beri. Aku terlalu kagum pada senyummu. Jangan pernah menghilangkan senyum itu dari wajahmu ya. Senyum kamu membekukan, Diy.

Diy.. Doakan aku ya. Seperti saat kamu memintaku mendoakanmu [kamu dan dia]. Aku tidak minta muluk. Kamu tentu tahu apa itu. Terima kasih ya, Diy. Terutama untuk senyum itu, dan satu lagi..mata yang ikut tersenyum pula. Terima kasih, Diy..


Tertanda,
Cif_

Jumat, 20 Februari 2015

Ceritanya

Aku sudah melupa. Tenang. Aku takkan berkisah apapun tentangmu lagi. Hatiku sudah tertata kembali walaupun tak seperti sedia kala. Tenang aku takkan lagi mengganggu; menghubungimu ataupun sekedar basa/i via chat di jaman ini. Sekarang kamu bisa benar-benar bernapas menghirup oksigen sebanyak yang kau suka tanpa peduli aku kebagian atau tidak. Kamu juga sudah bebas menggenggam siapapun yang ingin kau genggam, lalu menarik tubuhnya masuk ke dalam pelukan dan merasakan dada bidang yang mendebarkan itu. Kamu bebas, Sayang. Hm tapi tunggu.. Memangnya selama ini kau tidak bebas? Kau menghiraukanku? Haha tentu tidak. Dari dulu kamu bebas termasuk bercerita apapun kepadaku yang statusnya tidak ada, hanya sebagai pendengar yang tiba-tiba jatuh dalam tubuh penceritanya. [tapi aku senang kamu tetap berbagi]

Sayang, hari ini lagi-lagi aku mengikrarkan aku akan dan atau sudah melupa pada pemilik senyum yang hampir membuatku gila. Senyum yang memiliki arti dalam segala arah. Senyum yang kugilai karena itu senyummu. Senyum yang tiap lekukannya menarik dan menghubungkannya dengan titik-titik di wajahmu. Senyum yang akhirnya membuatku nyaman sampai memabukkan. Senyum yang hanya bisa dibentuk dalam bentuk bibir, mata, dan apa yang ada padamu. Senyum yang membuat aku lupa bahwa hatiku sedang luka.

Dan yang terakhir ini yang terakhir. Kamu perlu ingat. Ce-ri-ta-nya. Iya ceritanya aku tidak kenal kamu ataupun jatuh padamu.

20 Februari 2015
Kembali menulis setelah merasa kosong, dan masih tetap sama. Kamu yang menjadi pemeran utama.