Jumat, 10 Juli 2015

Terima Kasih Sudah Menunggu

Hai, kamu! :)

Apa kabar? Bagaimana tempat barumu? Sehangat tempat yang dulu kah ? Masih banyakkah mereka yang ikut tertawa denganmu, atau sekedar menyapamu?

Lagi-lagi aku cuma bisa jadi pemerhati, yang diam-diam like a spy for FBI isn't? haha! Bedanya ini memataimu. Sepertinya tempat barumu tak membuatmu berbeda. Atau kamu yang memang selalu hangat dan sederhana?

Hm... Tapi kenapa ditempat yang lalu, kamu tidak pernah tersenyum? (Untukku). Setidaknya dua kali atau aku mau lebih!

Haaaa... Kamu!
Can't you see it, baby? You'll got me going crazy kaya lagu yang jadinya sering aku dengerin (soalnya itu cover-an-suara-mu). Hahaha gilak!

Udah ah, bikin tulisan ini makin makin makin bikin gilak! Kamu! Udahan dulu ya muter-muter dikepala aku. Gak capek? Nanti lanjutinnya kalo kita ketemu lagi diwaktu yang terbaik untuk kita terus kita bareng-bareng terus deh. Gak kepisah. Jadinya berjodoh.

Hahahaha... Tuhkan kan, gila kan?

Udah ah.. Aku mau balik ke bumi dulu. Kahyanganmu terlalu menyenangkan. Aku takut lupa bumi.

*aku lupa, aku nulis ini kan mau bilang terima kasih karena waktu itu pernah menunggu(ku) untuk memulai shalat berjamaah (sepertinya aku kegeeran) :))

Dah... :)


Is listening Sherina - Akan Ku Tunggu & Raisa - Jatuh Hati

(Maaf Aku Pernah Tidak Setia)

Setia. Berawalan abjad ke 19 dengan akhir abjad pertama. Lima huruf menjadi satu kata (yang katanya) bermakna dalam. Kamu tahu tentang kata itu? Kamu pernah mendengarnya? Atau kamu pernah berhubungan dengannya? AH! Kamu.

...

Aku (mau) belajar setia, meski belum sepenuhnya ku pahami yang seperti apa.

(Itu karenamu)

Aku (mau) belajar setia, yang kata mereka fokus pada satu, tidak ada dua, tiga apalagi lebih. Padahal kalau ada satu pasti ada dua, dan seterusnya.

(Itu karenamu)

Aku (mau) belajar setia, yang sebagian mengatakan kunci keberhasilan suatu hubungan. (Haha! Hubungan kita apa?)

(Itu karenamu)

Aku (mau) belajar setia. Intinya aku ingin menjadi setia. Belum atau sedang ada ikatan pada kita. Karena pernah ada kalimat yang pernah ku baca "jangan pernah bercerita pada lawan jenis (selain mahrammu), karena itu bisa menjadi awal ketidaksetiaan kamu. Entah kalimat itu sepertinya tidak mau menghilang dari ingatan. Aku ingin setia. Ingin. (Sangat ingin). Untukmu siapapun kini dan nanti. (Maaf kalau aku pernah tidak setia)

Is listening Wonderwall & Don't Go Away by Oasis -in your voice, dok..

Selasa, 07 Juli 2015

Hai, Tuan

Seandainya kita mengenal
Mungkin aku tak sepusing ini hanya untuk memulai obrolan denganmu
Seandainya kita mengenal
Mungkin tak serumit ini bila rindu itu datang
Seandainya kita mengenal
Mungkin tawa, canda, cerita itu sudah tercipta untuk kita

Seandainya sebelumnya kita sudah mengenal
Aku tahu kamu, kamu tahu aku
Bukan hanya sekedar mengenal wajah atau nama
Seandainya sebelumnya kita sudah berbicara
Bercerita apapun walaupun sekedar basa-basi
Sekedar berbagi tentang resep atau nama-nama obatpun tak apa

Hai, Tuan..
Tuan yang kini lebih sering berkeliling hampir ditiap sudut kepalaku
Tuan yang mampu menciptakan rindu yang membelenggu

Hai, Tuan..
Tuan yang pernah mengimami
Perkenalkan, aku salah satu makmum yang ikut mengamini dalam hati surat pertama yang kau akhiri

Hai, Tuan..
Maafkan aku yang kini lebih sering muncul dalam pemberitahuan hari-harimu
Aku hanya ingin dikenal
Maaf

Hai, Tuan..
Banyak pengandaian ketika sosokmu tak bisa lagi ku temui

Hai, Tuan..
Bantu aku menghentikan ini atau setidaknya mengendalikan ini agar tidak terlalu cepat
Agar tidak menabrak kemudian terluka
Bantu aku berhenti berandai dan berharap, denganmu yang tak tahu apa-apa

Hai, Tuan..
Bantuku memperbaiki diri dengan caramu

Hai, Tuan..
Maaf kalau rinduku merepotkan
Aku hanya bercerita dengan-Nya agar didengar dan disampaikan

Hai, Tuan..
Aku bingung harus apa lagi
Yang pasti aku rindu, sekali, dua kali, berkali-kali

Dari seragam putih-putih untuk kamu yang memiliki jas putih
:) 07-07-15