Minggu, 11 November 2012

Janji Semu

Lagi-lagi kamu, kamu dan selalu kamu yang memenuhi sudut imajinasiku. Mengapa tentangmu tak mau juga pergi ? Mengapa kau terlalu lama bermain-main dan menari sesuka hatimu diotakku ? Apa kamu tidak sadar ini semua hanya membuat luka yang lebih lebar ? Luka ini semakin membesar dan semakin sakit ku rasakan.

Hm ... kembali pada dua tahun yang lalu. Saat pertama kali kau terus-menerus memohon padaku untuk menjadi kekasihmu. Dengan segala cara kau terus memaksaku untuk menerimamu menjadi kekasihku. Hingga akhirnya aku pun tak kuasa terus-menerus mengabaikan sosokmu yang begitu hangat. Dan aku memutuskan memilihmu dari sekian lelaki sepertimu diluar sana yang mencoba merayuku agar aku bisa menjadi miliknya. Tapi nyatanya hanya kamu dan memang kamu mungkin pilihan yang paling tepat untukku.

Setahun telah berlalu dan aku kau perlakukan seperti ratu pangeran sepertimu. Semua perlakuanmu, semua sikapmu, semua perhatianmu seakan hanya habis tercurah untukku. Hampir tiap pagi kau selalu menyempatkan diri untuk mengantarkanku ke kampusku didaerah Depok. Kamu yang kata mamamu sangat sulit untuk bangun pagi, tapi untukku kau bisa dan rela waktu pagimu kau sediakan untuk mengantarkanku. Tepat satu tahun kita menjadi sepasang kekasih dan aku berhasil membuat perempuan-perempuan yang ingin dekat denganmu merasakan cemburu yang amat besar. Dihari itu, pagi-pagi kau rela datang kerumahku, dengan baju yang agak basah dan rambut hitam lurusmu yang lepek dikarenakan hujan lebih dulu memelukmu, kau mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah yang benar-benar masih polos dan rambut yang berantakan, aku melangkahkan kaki dengan malas ke arah pintu kamarku.

"Ada apa bu ? Ini masih pagi, kan ada Rara bu yang bisa ibu ajak ke pasar" Dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya aku agak sedikit kaget, karena cahaya lilin  menerangi siapa sosok didepanku.

Ditanganmu ada sebuah kue yang bertuliskan 'happy annive 1st year dududu' dan disatunya lagi kau membawa seikat mawar putih, bunga yang sangat aku dan mamamu sukai. Mataku sedikit berkaca-kaca, ku tatap matamu ada bayanganku disana. Tanpa ku sadar, otakku memerintahkan mulutku tuk bilang 'aku sayang kamu Ren' lantas memeluk erat tubuhmu dan kau pun menyambut pelukanku. Hangat sangat hangat, meski bajumu sedikit basah, namun aku tetap merasa hangat karena itu berada dalam dekapanmu.

Seusai ku membersihkan diri, nyatanya kau masih menyiapkanku sebuah kejutan lagi. Dua ekor kucing yang sebulan lalu ku ingini, sama-sama berwarna putih kau berikan untukku.

"Kita beri nama mereka siapa ya ?" tanyaku padamu dengan mata yang sangat senang.

"Gimana kalo mumu dan mimi aja ?" Balasmu sambil mengelus lembut bulu-bulu mumu dan mimi.

Tiga kejutan dipagi hari yang sangat membuatku merasa ada dan diakui sebagai kekasihmu.

Dua bulan sejak annive kita yang pertama itu, kamu mulai menghilang, entah apa penyebabnya, kamu hanya menjelaskan ada urusan penting dan selalu mengatakan seperti itu. Aku mempercayaimu karena selama ini, kamu tak pernah mengecewakanku. Tapi nyatanya aku tak bisa membohongi rasa ke-ingintahuan-ku. Seusai pulang kuliah aku datang ke rumahmu dan aku bertemu mamamu. Ku ceritakan semua apa yang terjadi selama dua bulan ini, kamu tak lagi mengantar dan menjemputku, tak lagi memberi kabar, kalau aku ajak ketemuan selalu saja ada alasan. Tapi jawaban mamamu hanya ingin menenangkanku dan mencoba percaya pada anak laki-laki satu-satunya itu.

Keesokan harinya, aku memutuskan untuk bolos kuliah. Memang ini sangat bodoh, aku datang ke kampusmu dan usahaku sia-sia, tak ku lihat sama sekali sosokmu disana. Hari sudah semakin sore, senja telah datang dengan sempurna membentuk warna merah yang berbeda. Aku pun memutuskan untuk pulang. Tapi, ditengah perjalananku dalam sebuah kendaraan, aku melihat sosokmu sedang memboncengi seorang perempuan, entah siapa dia, aku tak pernah kenal karena kamu memang tak pernah mengenalkannya. Kamu tertawa bahagia dengannya tanpa peduli saat itu ada perasaan yang terluka, aku, aku orangnya. Kamu benar-benar tak memperdulikan lingkunganmu. Ku putuskan tuk mengikutimu dan berhenti pada sebuah kafe sederhana dan kafe itu tempat pertama kali kau memintaku untuk menjadi kekasihmu. Dengan sebuah lagu yang sengaja kau putarkan dikafe itu, kau menggenggam jemariku, mengisi celah-celah kosong yang ada disana.

seandainya kau ada disini denganku
mungkin ku tak sendiri
bayanganmu yang selalu menemaniku
hiasi malam sepiku
ku ingin bersama dirimu
ku tak akan pernah berpaling darimu
walau kini kau jauh dariku
kan selalu ku nanti
karena ku sayang kamu

hati ini selalu memanggil namamu
dengarlah melatiku
ku berjanji hanyalah untukmu cintaku
takkan pernah ada yang lain

adakah rindu dihatimu
seperti rindu yang ku rasa
sanggupkah ku terus terlena tanpamu disisiku
ku kan selalu menantimu

Dengan lagu itu, kau ibaratkan perasaanmu, hingga ku tak mampu lagi mengelak. Tapi kali ini, semua itu bohong. Aku temui dirimu dengannya, dengan sekuat yang ku punya, aku mengatakan "Oh ini alasanmu selama ini menjauhiku ? Terima kasih Reno atas semuanya. Kita selesai". Tanpa pernah lagi menatap Reno, aku berbalik arah, terus menguatkan hati dan langkahku. Aku semakin pergi menjauhinya.

Tapi, kau datang lagi, setelah satu minggu berlalu kau hancurkan perasaanku. Kau memberikan lagi semua perlakuan yang dulu kau berikan saat awal kita bersama. Dan akhirnya aku memutuskan tuk memilihmu lagi, karena perasaanku tak bisa ku elakkan kalau aku masih sangat menyayangimu dan tak ingin kehilanganmu. Kau berikan lagi kehangatan yang sempat hilang dalam tubuhku. Kau berikan lagi mawar putih yang hampir layu. Aku putuskan tuk mempercayaimu kembali.

"Aku gak akan ngecewain kamu lagi, Ra. Maafin aku ya kemarin, aku benar-benar bodoh dan aku menyesal. Aku menyayangimu Maudira" Ucapmu meyakiniku.

Hari-hari berjalan seperti semula dan tetap seindah dulu meski kadang ada rasa takut akan kehilangan sosokmu dalam diriku. Hingga tepat dua tahun kita bersama. Kau bilang takkan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi dan tak akan meninggalkanku. Namun nyatanya ? Kini, kau pergi bersamanya, bersama wanita penjamah itu. Kau pergi sangat jauh melupakan sosokku yang kini melemah dihadapan dunia. Semua kasih sayangmu, perhatianmu, pelukanmu seakan sirna dan tak akan pernah tercipta kembali. Bodoh ! Mengapa dulu aku mempercayaimu lagi. Hingga kini akhirnya aku yang belum juga lepas dari sosokmu karena terpaut pada janji-janji semu yang terucap dari mulut busukmu.

hati membeku mengingatkan
kata janji manismu
ku dilambung angan-angan
belaian kasih sayang suci darimu
oh kejamnya
lidah tidak bertulang
ucapan cinta mengiris kalbu

Mungkin lagu itu yang kini bisa menggambarkan bagaimana perasaanku. Aku lelah. Terus-menerus diikat oleh tali janji semu yang kau ciptakan. Kau yang mengikatnya tapi kau lupa tuk membukanya. Aku terjerat.


lidah tidak berulang
uapapun bisa tercipta karena itu
termasuk sakit karena sebuah janji


syifamaudiyah:)

Tidak ada komentar: