"Kamu
bebas oleh definisi yang kau ciptakan sendiri"
Yap,
kalimat itu terus mengiang-ngiang dalam kepalaku, terus menyerbuku dengan
jutaan pertanyaan.
"Lo
selama ini siapa? Sebetulnya lo tuh orangnya kaya gimana? Terus definisi orang
lain tentang lo gimana? Terus, lo sendiri mendefinisikan sosok diri lo sendiri
itu seperti apa? Apa lo cuek? Apa lo sombong? Lo ngerasa pinter? Lo iri-an? Lo
yakin lo bisa ngejalaninnya? Apa lo mampu? Lo maunya apa sih?" Dan
kata-kata lainnya yang masih bergelayut dalam kepalaku.
Sungguh, sepotong kalimat itu mampu mengobrak-abrik jalan
pikiranku, seakan-akan aku seperti disadarkan oleh apa yang selama ini tak
pernah ku tahu padahal harus ku tahu dan ku tela'ah.
"Kamu bebas oleh definisi yang kau ciptakan
sendiri" lagi-lagi kalimat itu seperti berbicara padaku. Mengingatkan
dengan tegas akan definisi yang ku buat untuk diriku sendiri. "Gue itu
siapa? Kaya apa? ....." Ah... Bang Bara, kenapa tweet-mu harus muncul
bertepatan ketika mataku sedang menjelajahi lini waktu? Takdirkah? Mungkin.
Mungkin kau takdir yang Pencipta kirimkan untukku, untuk mengubah sikapku
selama ini, untuk menyadarkan betapa pentingnya "menghargai diri
sendiri". Karena selama ini, aku hanya mengikuti lalu menjalani tanpa tahu
aku ini siapa dan harus melakukan hal apa untuk diriku sendiri.
Aku hanya mengikuti alur, saat aku harus lurus ya aku lurus,
ketika ku harus belok kanan atau kiri ya ku ikuti; sesuai jalannya. Ketika ada
lubang, ya harus ku hindari, atau kalau tak sempat terpaksa ku harus terlompat
dari tempat duduk karena lubang itu sedikit membuat guncangan, mengganggu
kenyamananku. Dan kenyataannya, bila ada orang yang komentar akan diriku
seperti ini seperti itu tak sesuai dengan pandangan mereka, lalu tanpa ragu ku
ubah diriku menjadi seperti seharusnya yang mereka ingini [penjelasan ini
terlalu absurd, hanya ku yang tahu] tak mempedulikan bila akhirnya aku melenceng
jauh dari jalur yang harusnya diriku.
Kalimatmu seakan-akan menghipnotisku tanpa basa-basi, tepat
mengenai sasaran.
"Kamu bebas oleh definisi yang kau ciptakan
sendiri"
Delapan kata, enam kali spasi, dan empat puluh tiga huruf.
Simple. Namun nyatanya, makna dari kalimat itu tak sesederhana ketika
membacanya.
Hai kamu siempunya kalimat, silelaki Jogja yang membuatku penasaran pada Djendelo Koffie, bisakah kau ajari aku, bantu aku
untuk memahami maksud "definisi" akan diriku sendiri. Tolong tanggung
jawab akan setiap huruf yang kau luncurkan hingga kini merasuk masuk sangat
dalam ke benakku, dan tak ingin keluar.
syifamaudiyah:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar