sebelumnya di- Di Balik Senja I
“Gue
sayang lo Rin” itulah kalimat terakhir Rizu padaku sebelum keberangkatannya untuk
melanjutkan kuliahnya di Ausie.
Lalu
dengan gerak refleks mataku tertuju sepotong surat yang baru saja diberikan
Rizu untukku. “Lo baru boleh buka ini kalo nanti sekitar setahun gua ada
disana.” Pesan Rizu tadi saat memberikan suratnya padaku.
***
Aku
masih sibuk mencari-cari sesuatu yang belum ku temui dari sore tadi.
“Rinduuuuuuu, ayo makan sayang, kamu lagi ngapain
sih ? Dari tadi belum turun-turun juga.” Akhirnya kalimat itu terdengar lagi
ditelingaku.
Dengan
jawaban yang sama aku menjawabnya “Iyaaa ibu sayang, sebentar”.
Dan akhirnya aku
memutuskan untuk berhenti sejenak sambil mengingat-ingat dimana terakhir aku
letakkan benda itu. Aku berjalan menuruni anak tangga satu-persatu karena
posisi kamarku dilantai dua. Sambil menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya
tidak gatal itu aku terus berpikir keras, memunculkan memori-memori tempat
dimana benda itu terakhir ku letakkan
“Ah inget” teriakku saat
dimeja makan, mengagetkan ayah dan ibuku.
“Kamu kenapa Rindu ?
Inget apa ? Tanya ayah padaku.
“Engga yah hehe, Rindu
ke atas dulu ya yah, ibu” Balasku.
***
Entah sudah berapa lama
Rizu meninggalkan kota ini terutama taman ini. Sejak keberangkatannya, baru
kali ini lagi aku kesini, ke taman ini. Karena di depan surat yang dikasih Rizu
padaku tertululis “nanti misalkan udah hampir setahun, lo ke taman komplek ya
Rindu, ada yang mau gue tunjukin”.
“Yap mungkin ini udah
hampir setahun jadi apa salahnya kalo gue sekarang ke taman itu.” Ucapku dalam
hati sambil berjalan menuju taman itu.
Tibanya aku disitu, ada
seseorang kakek tua menghampiriku. “Nak, kamu pasti kesini mencari sesuatu kan.
Setahun yang lalu ada seorang anak laki-laki yam menitipkan ini pada kakek dan
dia minta untuk memberikan ini padamu. Dan kakek rasa kamu orangnya karena yang
ia ceritakan sama persis denganmu.”
***
Esoknya, sebelum senja
berubah menjadi gelap pekat, aku terburu-buru menginjakkan pedal mobilku menuju
suatu tempat. Akhirnya aku bisa menemui kakek itu lagi.
“Hai kek, masih ingat
denganku ?” Ucapku pada seseorang yang kira-kira berumur lebih tua dari ayahku.
“Hai nak, kamu dating lagi,
ada apa ?” Balas kakek itu, to the point.
“Hmm … Gini kek, aku
mau nanya tentang surat ini, kok surat ini bisa Rizu titipin di kakek ya,
setahu ku Rizu orangnya tertutup termasuk denganku untuk hal seperti ini kek.
Terus kenapa lagi-lagi disurat ini tertulis aku tidak boleh membuka dan
membacanya sebelum aku sukses mengejar mimpiku ?” Cerocos ku pada kakek itu.
“Duh, ternyata dia
benar ya, apa yang dia ceritakan tentangmu tidak pernah bohong, kamu memang
cerewet hehehe …” Balas kakek itu dan aku pun terdiam.
“Aduh nak maaf kakek cuma
bercanda. Hmm … jadi gini Rizu menitipkan surat itu pada kakek karena dia
merasa kakek pasti bisa menyampaikan surat ini untukmu nak, ada sesuatu yang
tidak selalu kamu tahu tentangnya bukan ?” Ucapan kakek itu mengakhiri senja
hari ini. Redup, tak jelas seperti kisah ini.
***
“Hai jenooooooooong,
maaf ya gue baru bales, sibuk banget nih disini hehehe.” Itu pesan singkat yang
ku terima lewat email milkku, dari Rizu. Yap, setelah selama ini dia
menghilang, baru pertama kali itu dia mengirimiku email. Setelah hampir setahun
dia meninggalkan taman kita, meninggalkanku dengan abu-abunya, gelap menuju
terang atau terang menuju gelap, entahlah. Malam itu ku habiskan bercerita
banyak pada Rizu tentang setahun ini.
***
Lima tahun berlalu
sejak malam itu. Aku masih sempat untuk berkirim email dengannya. Tapi akhir-akhir
tahun ini dia menghilang lagi. Padahal ingin aku tunjukkan pada Rizu bahwa
cita-cita kecil ku dulu yang sering ku bicarakan padanya telah terwujud.
Dokter, ya sama sepertinya.
“Ya Tuhaaan … Rizu
kemana ?” Entah kenapa kali ini perasaanku sangat cemas saat memikirikan Rizu.
Kemudian aku teringat pada surat-surat yang Rizu berikan padaku waktu itu.
***
Surat pertama ku buka
sangat hati-hati Di surat itu ternyata tertempel foto aku dan Rizu sewaktu
kelulusan SMA dengan latar belakang senja, indah. Lalu ku baca surat itu :
To : Jenongku sayang,
Rindu
Rin, mungkin apa yang
gua alamin selama ini konyol banget ya, ga masuk akal, tapi ini Rin yang kadang
buat gua ga bisa tidur semaleman atau bahkan semangat banget buat belajar. Tapi,
tau ga Rin perjanjian yang waktu itu kita buat bodoh banget ya ? melarang untuk
memiliki perasaan selain persahabatan. Dan maaf Rin, gua ngelanggar perjanjian
konyol itu. RIN GUA SAYANG LO !
From
: Lelakimu J
Surat pertamanya
langsung pada tujuannya, singkat, jelas, padat. Andai aku bisa mengatakan hal
yang sama dan ingin membatalkan perjanjian itu. Tanpa lama-lama meratap aku
langsung membuka surat kedua yang Rizu berikan padanya. Kali ini tidak ada foto
didalamnya.
To : Dokterku sayang J
Aku tau Rin kamu pasti
bisa. Selamat Rinduku sayang, akhirnya kamu mendapatkan gelar itu. Aku senang,
Maaf kalau aku hanya memberikanmu dua surat. Yang pertama tentang isi hatiku
dan sekarang surat ini. Bisakah kamu datang ke taman Rin sekarang ?
From
: Pasienmu sayang J
Tanpa berpikir panjang,
aku langsung bergegas dari tempat tidurku, berlari menuju lantai dasar rumahku
sambil membawa suratnya. Tanpa pamit dengan ibuku, aku langsung berlari menuju
taman ditengah-tengah komplekku.
***
Tibanya disana, aku
memang benar menemukan Rizu. Sekarang dia semakin kurus, tapi tegap badannya
masih sama. Dengan senyum sumringah aku berjalan menghampiri Rizu. Rizu pun
berbalik badan seakan tahu ada sosok yang berjalan dibelakangnya. Entah
mengapa, langkahku terasa berat saat melihat baju dan tangan Rizu yang telah
terkotori oleh darah yang terus mengalir dari hidungnya. Rizu menghampiriku
dengan senyum yang tak pernah berubah sejak enam tahu lalu, berjalan seperti
tak punya kekuatan lagi. Dengan langkah tak sadar, aku pun melangkahkan kaki ku
menuju Rizu, aku memeluk Rizu erat seakan tak ingin membiarkan Rizu pergi lagi
begitu pula Rizu membalas pelukanku sangat erat seakan sama, seakan isyarat
bahwa ia tak ingin meninggalkanku lagi. Tiba-tiba Rizu mengeluarkan suara “Rin,
aku sayang kamu, maafin aku” sebelum akhirnya dia tidur dalam pelukanku, untuk
selamanya.
Ruang Gerakku, 25 Agustus 2012
syifamaudiyah:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar