Kamis, 27 Agustus 2015

Dia di Bulan Agustus

Harusnya Ada Pesta

Lima tahun, Dir lima tahuuuun. Terus ketemu cuma bisa liatin dia doang sambil pelanin langkah kaki dengan mata yang gak berkedip bener-bener merhatiin dia.

Lima tahun, Dir lima tahun. Lima tahun yang lalu semua dikacauin yang penyebabnya, dia.

Lima tahun, Dir, lima tahun. Lima tahun yang lalu sampe lo mikir diri lo butuh berbagi dan cerita dengan psikiater. Karena dia.

Lima tahun, Dir, lima tahun. Lo nemuin orang yang buat lo gak butuh orang lain lagi (gak masuk itungan keluarga lo). Satu-satunya orang yang bener-bener bikin lo nyaman karena itu dia. Bukan siapapun sampe hari itu dateng.

Lima tahun, Dir, lima tahun. Lima tahun yang lalu dia yang akhirnya bisa ngisi kosongnya itu. Anak perempuan yang baru ditinggal kakanya. Tempatnya. Segala-galanya. Terus tiba-tiba dia dateng, Dir. Ngisi bangku kosong itu dan ngebersihinnya lagi (sebelum dia tinggalin dan bangkunya hampir dibuat patah).

Lima tahun, Dir lima tahun. Berdoa berharap ketemu di tempat yang sudah pasti ada dia.

Tapi hari ini, Dir. Setelah lima tahun, Dir setelah lima tahun. Dia dateng lagi, Dir. Kali ini bukan lagi caranya dia nulis pesan, bukan lagi dalam terjemahan ketika rapi rangkaian huruf masuk ke ponselmu.

Setelah lima tahun, Dir setelah lima tahun. Dia dateng. Tepat didepan matamu, Dir. Bisa kamu lihat tanpa harus membayangkan bersama balasan pesannya. Dia depanmu. Sedang berjalan. Lalu perlahan, langkahmu melambat. Matamu benar-benar terkunci akan sosoknya. Yang detik kemudian dia lewat begitu saja..

Dir! Kenapa kamu cuma liatin aja? Kenapa kamu gak tegor dia? Sapa, Dir sapa! Kamu gak lupa kan caranya menggerakkan pita suaramu? Dir, dia sudah lewat. Lewat begitu aja, Dir. 

Lima tahun!

Harusnya ada pesta, Dir. Harusnya banyak balon-balon dan tepuk tangan yang banyak ketika dia lewat dihadapanmu, Dir. Harusnya! Tapi itu bukan harus-Nya.

Lima tahun yang lalu bukan waktu untuk harapanmu, Dir. Setelah lima tahun ini. Hari ini, Dir jawabannya.  Dia datang. Dia yang pernah kau buat jengkel. Dia yang pernah menyarankanmu untuk memilih jurusan. Dia juga yang pernah bilang ke kamu, Dir sebuah kalimat yang selalu ada dikamarmu, Dir. Dia juga yang pernah menjadi medan magnetmu, Dir.

Dia yang lima tahun lalu dan setelah lima tahun. Dia yang hari ini.

Tidak ada komentar: