Minggu, 23 November 2014

Surat Untuk Tuan Gunung

Untuk Tuan Gunung

Hallo Tuan Gunung
Apa kabar? Pengagummu semakin banyak saja ya.. Tapi, bagaimana dengan rumahmu? Semakin kotorkah? Karena seringnya mereka menemuimu tapi lupa caranya bertamu? Bagaimana dengan dia?

Tuan Gunung, perkenalkan aku adalah salah satu manusia yang akan menjadi salah satu tamu-mu. Akan? Ya. Karena sesuatu masih mengikatku dan belum membiarkanku bebas memelukmu. Tapi..sebentar.. lupakan tentangku! Kembali ke tujuan penulisan surat ini.

Tuan Gunung, mungkin kamu sedang heran ya mengapa kutulis surat ini. Sama ku juga. Bagaimana ya menyampaikannya? Hm..

Tawa candamu menghibur saat ku sendiri
Aku disini dan kau disana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku selalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh disana
Kita memandang langit yang sama
Jauh dimata namun dekat dihati

Tunggu! Sepertinya lirik terakhir bisa membuatnya besar kepala dan ku tidak mau. Hff. Tapi yasudahlah...

Ah maaf, aku terlalu banyak basa-basi, langsung saja..

Jadi begini Tuan Gunung, kamu tentu sudah mengenal dia, dia yang akhir-akhir ini jadi sangat menggilaimu, selalu saja merindukanmu dan bilang ingin menemuimu lagi, dan lagi. Dia juga sipengagum Gie, salah satu pengagum dan sahabatmu yang sudah banyak menginspirasi pengagum-pengagummu yang lain. Dia pula yang hatinya pernah terluka hingga memutuskan menemuimu untuk menemukan caranya mengobati dan melupa. Juga dia yang bermimpi untuk menemukan Dinda-nya dipuncakmu, sebagai Zafran dia bilang, pemeran salah satu film di negeri kami yang tambah menyongsong kuat sosokmu, Tuan. Entah, ucapannya sebagai "bang Zafran" itu harus ku iya-i atau tidak. Ada yang bilang kamu begitu-gitu saja, tapi kenapa pengagummu semakin banyak?

Tuan, tolong beritahu dia jika dia datang menemuimu lagi. Seperti ini...
Selalu ada yang menunggu mereka pulang ketika pergi, termasuk dirinya.
Selalu ada alasan untuk kembali ke tempat yang disebut rumah. Entah apapun itu dan siapapun itu. Tolong bisikan ke organ cortinya dan pastikan kalau ia mendengarkan baik-baik apa yang kamu katakan dan dia memahami.
Tolong lembutkan keras kepala dan hatinya, serta sampaikan jangan suka ngambek :p tapi terima kasih atas "kado" yang berlatar gagah namun lembut sosokmu, Tuan. Oh ya Tuan, aku boleh minta tolong lagi ya, tolong jaga dia ketika bersamamu.

Hm.. Rasanya ini surat yang begitu absurd ya. Yasudah, aku mau tidur dulu ya, Tuan Gunung, lagi pula ini sudah lewat waktu bila disebut malam. Dadaaah. Jangan lupa sampaikan ya, Tuan. Terima kasih. Tunggu aku dirumahmu.

23 November 2014, 04.02 am

Salam hangat,
Aku

Tidak ada komentar: