Kamis, 15 Mei 2014

Silence.



Hai Tegap apa kabar? Kapan kau menyapa kembali dengan dentingan huruf yang begitu saja mengerak dalam ingatanku. Sejak ratusan detik bahkan jutaan detik yang tak akan ada lelahnya mengganti-ganti dirinya demi hari kan terus berjalan, demi matahari kan hangatkan sidingin, termasuk demi bintang-bintang yang ingin terlihat oleh dia yang kesepian.

Aku tidak pernah menyangka sampai dititik ini. Titik yang membuatku nyaman namun kau meninggalkan. Lagi..dan lagi..

Hanya aku yang berjuang sendiri. Menegakkan pagar besi penghalang agar kau tidak pergi..apalagi selamanya. Rasanya..mungkin tidak lagi aneh layaknya de javu tapi berbeda pemeran.

Entah aku yang terlalu pemikir dan perasa atau kamu memang menginginkan.

Kamu tahu gengsi? Tahu seberapa sulitnya berhadapan dengan sifat ego satu itu kan? Hm aku sudah meluruhkan kata itu dalam kamusku. Sejak bunyi kedua telapak saling beradu dengan bibir dan mata yang saling menatap dan tersenyum. Tapi sepertinya itu tak penting untuk dirimu. Atau mungkin kini kamu tengah belajar sikap tak acuh?..

Perubahan. Berubah. Menjauh. Menghindar. Jenuh. Membenci.

Kata-kata itu yang terus menyulut api dalam otak yang bersinergis dengan kalbu. Tanpa perintah, tanpa babibu.

Aku tahu, aku lancang, aku konyol, aku..hm perempuan pengharap? Seperti yang sering kamu lontarkan dengan suara tertawa berat yang membuat candu. Tapi ini aku, perempuan yang diam-diam pada akhir-akhir ini sering merindumu.

Tidak ada komentar: