Kamis, 15 Mei 2014

Nanti, Ketika Indahnya Tiba



Hai, apa kabar? Baik ya, kuharap seperti itu. Kamu, terima kasih ya sudah menebarkan pesona yang hampir dititik terakhir benar-benar membuatku gila.

Untuk kamu silandak yang katanya pemain basket nomor 7 tapi tidak digandrungi.
Terima kasih atas tulisan-tulisan yang kamu ukir dalam semesta beserta konspirasimu. Terima kasih telah mengijinkan aku dengan bebas membacanya bahkan mengulang atau menyimpannya untuk diam-diam kunikmati dalam semesta yang kupunya juga.

Untuk kamu sipemilik rambut tajam yang ternyata banyak digilai oleh makhluk-makhluk yang bukan hanya disemestamu. Terima kasih telah berbicara, merasa, mengerti asa. Terima kasih telah membebaskanku untuk lagi-lagi menikmati berat suaramu, helaan nafasmu, bahkan tingkah konyol yang selalu menang untuk memanjakkan rindu kepada satu yang bahkan belum pernah tersentuh.

Untuk kamu yang tegas garis wajahnya kukagumi. Terima kasih telah memberiku ruang dan waktu untuk bisa menyusuri dalamnya sosokmu. Terima kasih telah membukakan pintu, untukku yang bahkan tak pernah kau tahu wujudnya.

Untuk kamu yang pernah memakai kemeja biru, dasi dan celana berwarna hitam. Yang pertama kali ku menyapa meski hanya dalam lini waktu. Kau suguhkan rasa terbuka dan ramah. Terima kasih :)

Terima kasih untuk kata-kataku yang pernah kaubalas. Terima kasih untuk pesan yang kau balas kembali. Bahkan ucapan bertemu yang kau selipi. Terima kasih untuk keleluasaanmu memberitahuku kemana aku harus membagi. Terima kasih untuk waktumu yang pernah kau ambil untuk mengucapkan "selamat ulang tahun ya, Syifa :)". Terima kasih untuk kamu yang mungkin sudah pasti bosan atas aku, sipengagummu yang bukan rahasia lagi. Terima kasih atas rasa bahagiamu ketika satu kutujukan padamu. Terima kasih untuk segala yang bersumber darimu.

Maaf, bukan maksud hanya bisa menjadi pengecut yang berani menghujamimu dengan kata-kata manis berasa garam atau apapun. Seperti yang pernah kubilang, waktu kadang membuat keadaan menjadi jahat.
Haha aku sudah lama bahkan sering memimpikan aku bertemu denganmu, langsung, tanpa ada pembatas kaca yang menyudutkan. Tapi bukan saat ini. Nanti pada saatnya nanti, aku sebagai aku, kamu tetap sebagai kamu. Dan kita sebagai kita ketika indah waktu tiba.

Dari : pengagummu yang selalu membuat sesak garis waktumu.

12 Mei 2014

Tidak ada komentar: