Hai, apa kabar? Baik ya, kuharap seperti itu. Kamu, terima
kasih ya sudah menebarkan pesona yang hampir dititik terakhir benar-benar
membuatku gila.
Untuk kamu silandak yang katanya pemain basket nomor 7 tapi
tidak digandrungi.
Terima kasih atas tulisan-tulisan yang kamu ukir dalam
semesta beserta konspirasimu. Terima kasih telah mengijinkan aku dengan bebas
membacanya bahkan mengulang atau menyimpannya untuk diam-diam kunikmati dalam
semesta yang kupunya juga.
Untuk kamu sipemilik rambut tajam yang ternyata banyak
digilai oleh makhluk-makhluk yang bukan hanya disemestamu. Terima kasih telah
berbicara, merasa, mengerti asa. Terima kasih telah membebaskanku untuk
lagi-lagi menikmati berat suaramu, helaan nafasmu, bahkan tingkah konyol yang
selalu menang untuk memanjakkan rindu kepada satu yang bahkan belum pernah
tersentuh.
Untuk kamu yang tegas garis wajahnya kukagumi. Terima kasih
telah memberiku ruang dan waktu untuk bisa menyusuri dalamnya sosokmu. Terima
kasih telah membukakan pintu, untukku yang bahkan tak pernah kau tahu wujudnya.
Untuk kamu yang pernah memakai kemeja biru, dasi dan celana
berwarna hitam. Yang pertama kali ku menyapa meski hanya dalam lini waktu. Kau
suguhkan rasa terbuka dan ramah. Terima kasih :)
Terima kasih untuk kata-kataku yang pernah kaubalas. Terima
kasih untuk pesan yang kau balas kembali. Bahkan ucapan bertemu yang kau
selipi. Terima kasih untuk keleluasaanmu memberitahuku kemana aku harus
membagi. Terima kasih untuk waktumu yang pernah kau ambil untuk mengucapkan
"selamat ulang tahun ya, Syifa :)". Terima kasih untuk kamu yang
mungkin sudah pasti bosan atas aku, sipengagummu yang bukan rahasia lagi.
Terima kasih atas rasa bahagiamu ketika satu kutujukan padamu. Terima kasih
untuk segala yang bersumber darimu.
Maaf, bukan maksud hanya bisa menjadi pengecut yang berani
menghujamimu dengan kata-kata manis berasa garam atau apapun. Seperti yang
pernah kubilang, waktu kadang membuat keadaan menjadi jahat.
Haha aku sudah lama bahkan sering memimpikan aku bertemu
denganmu, langsung, tanpa ada pembatas kaca yang menyudutkan. Tapi bukan saat
ini. Nanti pada saatnya nanti, aku sebagai aku, kamu tetap sebagai kamu. Dan
kita sebagai kita ketika indah waktu tiba.
Dari : pengagummu yang selalu membuat sesak garis waktumu.
12 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar