Sabtu, 21 Desember 2013

Siapapun kamu!


Tiba-tiba suara Sammy Simorangkir mengalir begitu saja, mengalunkan salah satu lagu kemerdekaannya "dia". Perlahan-lahan menelusup masuk ke dalam organ cortiku, mengendap-endap mencari-cari jalan untuk menyampaikan maksudnya, akhirnya ... Yap alunannya mengenai hatiku, yang mengingatkanku pada sosokmu. Dulu. Dulu sekali sebelum itu, sebelum ku dijenjang ini.

Hai, kamu apa kabar? Aku merindukanmu. Aku menginginkanmu kembali lagi disini, pada pagi, siang, sore dan juga malamku. Aku ingin tertawa bersamamu lagi bahkan menangis bersamamu aku pun mau karena ku butuh kamu, ku butuh kata-katamu, ku butuh sosokmu yang maya tapi nyata.

Kamu kemana saja? Tahukah? Sekarang tiba-tiba otakku menayangkan film kita yang dulu, kenangan tentangku bersamamu.
Kamu dimana? Bisakah kembali? Membuatku merasa ada. Membuatku tak perlu yang lain atau bahkan dia untuk menemani bantal tempatku meletakkan kepalaku bersama malam-malam yang sudah menanti-nanti. Atau mungkin juga sebenarnya malam merindukanmu, merindukan percakapan-percakapan konyol kita, percakapan ngalur-ngidul kita. Malam saja begitu, apalagi aku?

Hai kamu, kaka galakku.
Hai kamu, penyemangatku.
Hai kamu, musuhku.
Hai kamu, teman baikku.
Hai kamu, pengerti mauku.
Aku mau kamu. Aku ingin kamu ada. Tak peduli siapapun kamu, dia atau dia dia yang lain, aku tak peduli karena yang aku ingin kamu, sosok kamu yang dulu, yang mampu membuatku terjaga hingga tengah malam sampai akhirnya kamu yang menyuruhku tidur dan mengatakan aku anak kecil dan tidak boleh tidur malam-malam. Padahal bagaimana denganmu? Apa kamu sudah dewasa?

Aku tak ingin perubahanmu. Aku tak ingin kata-kata darimu menjadi dedaunan yang jatuh dari pohonnya lalu mengering begitu saja.

Kamu. Kamu yang disana, kamu sedang apa? Samakah seperti yang aku lakukan sekarang? Yang tiba-tiba merindukanmu "lagi" dan "untuk kesekian kalinya". Aku merindukan detik-detik kebersamaan kita. Kegilaanmu, kepedulianmu, ketidak acuhanmu, kesantaianmu. Semua yang melekat pada sosokmu itu.

Kenapa nomormu sudah tidak aktif? Kenapa akunmu pun sudah menghilang? Ketika semua rasa yang menjadi satu yaitu kenyaman yang ku rasakan padamu telah begitu melekat. Lalu bagaimana caraku berkomunikasi dan menyampaikan semua hal yang tertimbun dalam dadaku, yang sewaktu-waktu bisa membusuk dan menebarkan aroma tidak sedap. Kamu, harus berapa kata "rindu" lagi yang mesti ku ucap padamu agar kamu kembali lagi? Disini, dimalamku, disetiap waktu yang ku nanti-nanti untuk menerima hasil jentikan jemarimu.

Apa pelukan yang ku rengkuh dengan do'aku sampai pada tubuh kokohmu itu?

Untukmu yang disana, entah dimana, yang ku nanti-nanti untuk pulang kembali dan jangan pergi lagi -d

Dorm,
Kamis, 19 Desember 2013

Tidak ada komentar: