Kamis, 20 September 2012

Lengan Itu Bukan Milikku Lagi

Dalam keheningan malam ini, dalam desah suara angin yang menyentuh indera sensitifku, dengan sepotong bulan yang cahayanya hampir meredup, aku kembali di sadarkan tentang dirimu untukku, dirimu di hadapanku.

Entah harus berapa lama lagi hukuman yang harus ku terima dengan terus membawamu dalam ujung lingkaran tempat semua bayanganmu tersimpan. Entah harus berapa lama lagi aku harus bertahan, mengatakan "aku baik-baik saja", berpura-pura bahwa aku sedang dalam mimpi, bahwa aku tidak dihadapkan dengan kenyataan.

Kini, aku terus melanjutkan drama itu  Aku benci peran ini, sayang. Aku benci terus mengumpat dalam perasaan yang terlihat seperti sebuah kesalahan. Siluet tubuhmu terus berlari-lari dalam alam pikiranku. Semua kisah yang dulu kini kembali mengukir ceritanya dalam ingatan di malam yang panjang ini. Aku sesak, nafasku seakan tersendat, aku mau mengeluarkan semua penderitaan ini, tapi ... aku hanya bisa menguraikannnya dalam frasa kata-kata yang mulai terlihat alurnya, sayang.

Malam ini, bulan kembali menyaksikan pikiran ku tertuju pada satu titik. Kamu. Kamu yang dulu memberikan warna pada kehidupanku. Pelangi-pelangi indah itu terus menjadi latar belakang kisah kita. Sampai pada akhirnya, aku menemukan suatu rasa, nyaman. Sosokmu mampu mengalihkan pandanganku terhadap dunia luar yang begitu kejam sayang. Padamu aku selalu bercerita tentang cita-cita dan mimpiku, dan sebaliknya, kamu pun sama.

Dulu kamu yang membuat rasa ini berada dalam hatiku, kau rekatkan begitu erat, hingga sampai sekarang pun belum ada yang mampu melepaskan itu. Aku tersiksa sayang. Malam ini, aku kembali ke tempat itu sayang, ke tempat dimana dulu kita jalan bersama, bercanda, tertawa, dan lenganmu untukku. Kini, aku di sadarkan pada sebuah kenyataan, kenyataan yang mampu mengacak-ngacak hatiku. Aku sadar, kini lenganmu tak lagi dapat ku sentuh bahkan  untuk menatap hangatnya tatapanmu yang dulu saja, aku tak bisa.

Kini, sosok perempuan itu yang lengannya melingkar pasti di lenganmu, bukan lenganku. Kamu tahu ? Bagaimana perasaan ku malam ini tentang itu ? Aku seperti manusia yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang begitu miris. Bayang-bayang menyakitkan itu terus memburuku kemana pun aku pergi, bahkan aku masih ingat apa parfum mu sayang, bagaimana wanginya, bagaimana hangatnya lenganmu kala itu.

Dulu, kamu datang seperti pangeran berkuda putih yang siap membahagiakan ratunya. Dengan segenap jiwa, rela melakukan apapun. Kamu yang membawa perekat untuk retakan-retakan hatiku tapi sekarang (?) kamu juga yang kembali merusaknya, bahkan kamu mematahkan sesuatu yang menjadi sumber kekuatanku, sayang : hati. Kamu tahu ? Rasanya harus bertahan, kembali mengumpat pada kepura-puraan ini. Perasaan ku masih sama seperti dulu sayang. Dan hatiku bukan puzzle yang bisa kamu lepaskan lalu kembali menyatukannya lagi dan kemudian kamu hancurkan lagi.


seseorang yang mampu memberikan warna-warna indah,
bahkan warna hitam ia mampu berikan
pada hati yang mudah retak ini.
Ruang Gerakku, 20 September 2012
syifamaudiyah:)

Tidak ada komentar: