Minggu, 22 Maret 2015

Surat Pertama

Matahari masih malu-malu untuk mengeluarkan tubuhnya menghangatkan tanah yang sehabis basah oleh rintikan berurutan dua hari ini. Sedang embun pun sepertinya rela tidak rela jatuh dari satu daun ke daun lain yang berusaha menjaga embun agar tetap ada tapi kemudian takdir membawa embun kembali pada tanah, jatuh menghempaskan tubuhnya begitu saja. Aku penasaran tentang daun yang selalu ditemui oleh embun tapi kemudian embun pergi pada daun-daun lain lalu menyatukan diri pada tanah. Tidakkah daun trauma akan kedatangan embun kala malam menjelang pagi datang sampai matahari menghilangkannya? Datang lalu menghilang. Pergi lalu kembali. Bukankah itu menyakitkan?

Langsung saja..

Untuk kamu yang cumaku yang tahu dan Pencipta kita.

Kalimat pertama dalam isi tulisan ini yang ingin kutanyai dan yang selalu berputar dua kali tujuh hari ini. Mengapa manusia diciptakan dengan rasa, yang termasuk didalamnya rasa takut kehilangan dan takut dilupakan?

Mungkin aku egois. Ya aku egois yang jauh sebenarnya dalam kalbu inginkan kamu tidak mengenal yang lain. Hanya aku. Cuma aku. Karena ketakutanku yang besar untuk kau tinggalkan dan kau lupakan. Aku lemah dengan pemikiran ini. Tapi disisi lain aku juga takut ketakutanku sendiri yang akan menjadi bumerang untukku kepadamu. 

Udah itu saja yang ingin kusampaikan. Karena aku tak tahu bagaimana lagi harus menjelaskan tentang kalimat-kalimat yang bergerumul dalam benakku, tentang ketakutan-ketakutan yang kadang aku sendiripun menertawainya. Terima kasih pernah datang dan ada. Kuharap pemikiranku takkan pernah menjadi nyata. Aamiin. Semoga semesta berpihak padamu hari ini.

Dariku yang teramat kecil dalam semestamu.. :)

"Semesta jagalah dia"

22-03-2015