Selasa, 31 Desember 2013

Backpacker 5km (?)

Aaaaaa akhirnya kita berpisah juga... Sedihsih ya tapi mau gimana lagi, tapi sedihnya ini jujur loh hehe. Dari tanggal 24 kemarin, terima kasih banget untuk kalian yang udah menyediakan waktunya untuk bareng-bareng lagi, membuat suatu kenangan yang maybe unforgettable.

 Mulai dari Aki (a'a iqi) haha serasa tua ya, tapi ya kita memanggil dia seperti itu selama enam hari, 144 jam, 864 detik ya karena dia hampir seminggu ini mungkin yang dibilang perjuangannya paling "berat" kali yah haha. Dia hampir seminggu ini kayak bapak, ayah, abi, abah, umi (loh?) haha canda Rif.. Ya bisa dibilang dia udah masuk dalam "lelaki bertanggung jawablah" ya gimana ngga, ketika kita diberi harapan palsu layaknya yang terjadi sekarang-sekarang ini, tapi bedanya kita di-php-in sama salah satu penginapan yang udah kita boking dari jauh-jauh hari, menyedihkan ya huhu.. Sudahlah lupakan, balik lagi ke aki tercinta, tersayang, tertampan, teristimewa, dan termenyebalkan, tapi baik (kalo kata pou ketika dia kekenyangan adalah "uwek"). Selama mulai dari perjalanan doi tiba-tiba ga ngerti juga kesambet apaan jadi lelaki seperti, tapi menakutkannya sih tetep, cuma ya kadang-kadang gak sesering pas dulu dikelas. Oh iya, pas malam-malam kita belum dapat penginapan, dia mengeluarkan seribu cara eh gak seribu cara juga sih ya cuma muka dia doanglah yang terlihat paling menyedihkan haha kayak kita semua itu beban dia, ya kayak anak-anak dialah yang gimana pun juga harus dia lindungi, arahkan, dan diberikan tempat tidur yang layak hahaha. Yang walaupun akhirnya dia juga gak nemuin, gimana mau nemuin, udah malam, di Jogja, pas hari libur mau tahun baru, gimana tuh penginapan gak lagi nyari keuntungannya yang besar-besarnya. (Sebelumnya dia juga yang akhirnya mengalah ketika di Solo untuk penginapannya karena akhirnya dia yang bayar sendiri untuk kamarnya yang dia tempatin lagi-lagi sendiri,emang jomblo sih ya doi haha. Seru juga sih di Solo, kita ke pasar malem gitu padahal mah ya di Jakarta juga ada pasar malem haha tapi ini beda, soalnya di Solo itu lagi ada "sekaten" kalo ga salah, ya semacam acara yang besar gitu deh, gak ngerti juga sih sebetulnya, tapi "seru" kok. Abis itu kita lanjut ke galabo, dan besoknya bakso kadipolo, terus gak ada sejam kita udah duduk manis lagi di tempat jualan sate ponorogo).

Tapi alhamdulillah, akhirnya Bile menemukan saudara disana. Gak menemukan juga sih, ya emang dia punya saudara disana dan memang kebetulan kalau ada apa-apa disuruh menghubungi saudaranya itu, yang kita panggil uwa. Tettt...kita teleponlah malem-malem itu, eh Abile sih yang nelepon kita cuma menunggu reaksi aja haha, dan ternyataaaaaa...Jederrrr...singkat cerita, kita diijinin untuk menginap disana. Lanjutlah kita, mengurangi kerutan-kerutan yang sudah mulai terbentuk didahi aki kita naik taksi menuju rumah uwanya Bile. Dan tetotttt nyampe sana ternyata lagi mati lampu, alhasil gelap-gelapan kita. Tapi seru banget, sambil nungguin dua makhluk lagi, kita ngobrol-ngobrol, berbincang-bincang layaknya orang yang meranjak "dewasa", asiklah... Segala macam diobrolin, mulai dari ini sampai itu, nyambung-nyambung terus, tapi gak lupa dan gak pernah lupa disela itu selalu ada tawa diantara kita :')

Dan pagi-pagi yang masih terlihat gunung dan lumayan dingin dirumah uwanya Bile, cowo-cowo yang merasa bertanggung jawab atas kita udah meluncurlah ke jalanan untuk mencari penginapan "lagi". Dan akhirnya yaaaaaap... ketika mereka sedang menelusuri jalanan, kita yang ceweknya juga mencoba menelepon penginapan hasil recommended salah satu teman dari salah satu teman kita (?). Tenonettt akhirnya fix kita boking penginapan itu karena harganya pas banget buat kantong "backpacker amatir" macem kita gini. Setelah sarapan terus mandi terus disediain makan siang lagi sama uwanya Bile, lalu taksi datang jrengggg menghantarkan kita ke penginapan itu. Dan beberapa saat tiba.

Setelah itu, kita punya papah baru lagi oooowww entah kita dilahirin dari mamah siapa. Ya cuma ada satu lagi yang kita panggil "ayah hulky" karena dia yang menemani aki kemana-mana, menjadi pendamping setianya, ter-sweet deh pokoknya.

lanjut...

Sabtu, 21 Desember 2013

Siapapun kamu!


Tiba-tiba suara Sammy Simorangkir mengalir begitu saja, mengalunkan salah satu lagu kemerdekaannya "dia". Perlahan-lahan menelusup masuk ke dalam organ cortiku, mengendap-endap mencari-cari jalan untuk menyampaikan maksudnya, akhirnya ... Yap alunannya mengenai hatiku, yang mengingatkanku pada sosokmu. Dulu. Dulu sekali sebelum itu, sebelum ku dijenjang ini.

Hai, kamu apa kabar? Aku merindukanmu. Aku menginginkanmu kembali lagi disini, pada pagi, siang, sore dan juga malamku. Aku ingin tertawa bersamamu lagi bahkan menangis bersamamu aku pun mau karena ku butuh kamu, ku butuh kata-katamu, ku butuh sosokmu yang maya tapi nyata.

Kamu kemana saja? Tahukah? Sekarang tiba-tiba otakku menayangkan film kita yang dulu, kenangan tentangku bersamamu.
Kamu dimana? Bisakah kembali? Membuatku merasa ada. Membuatku tak perlu yang lain atau bahkan dia untuk menemani bantal tempatku meletakkan kepalaku bersama malam-malam yang sudah menanti-nanti. Atau mungkin juga sebenarnya malam merindukanmu, merindukan percakapan-percakapan konyol kita, percakapan ngalur-ngidul kita. Malam saja begitu, apalagi aku?

Hai kamu, kaka galakku.
Hai kamu, penyemangatku.
Hai kamu, musuhku.
Hai kamu, teman baikku.
Hai kamu, pengerti mauku.
Aku mau kamu. Aku ingin kamu ada. Tak peduli siapapun kamu, dia atau dia dia yang lain, aku tak peduli karena yang aku ingin kamu, sosok kamu yang dulu, yang mampu membuatku terjaga hingga tengah malam sampai akhirnya kamu yang menyuruhku tidur dan mengatakan aku anak kecil dan tidak boleh tidur malam-malam. Padahal bagaimana denganmu? Apa kamu sudah dewasa?

Aku tak ingin perubahanmu. Aku tak ingin kata-kata darimu menjadi dedaunan yang jatuh dari pohonnya lalu mengering begitu saja.

Kamu. Kamu yang disana, kamu sedang apa? Samakah seperti yang aku lakukan sekarang? Yang tiba-tiba merindukanmu "lagi" dan "untuk kesekian kalinya". Aku merindukan detik-detik kebersamaan kita. Kegilaanmu, kepedulianmu, ketidak acuhanmu, kesantaianmu. Semua yang melekat pada sosokmu itu.

Kenapa nomormu sudah tidak aktif? Kenapa akunmu pun sudah menghilang? Ketika semua rasa yang menjadi satu yaitu kenyaman yang ku rasakan padamu telah begitu melekat. Lalu bagaimana caraku berkomunikasi dan menyampaikan semua hal yang tertimbun dalam dadaku, yang sewaktu-waktu bisa membusuk dan menebarkan aroma tidak sedap. Kamu, harus berapa kata "rindu" lagi yang mesti ku ucap padamu agar kamu kembali lagi? Disini, dimalamku, disetiap waktu yang ku nanti-nanti untuk menerima hasil jentikan jemarimu.

Apa pelukan yang ku rengkuh dengan do'aku sampai pada tubuh kokohmu itu?

Untukmu yang disana, entah dimana, yang ku nanti-nanti untuk pulang kembali dan jangan pergi lagi -d

Dorm,
Kamis, 19 Desember 2013

Minggu, 01 Desember 2013

Dua Muka ? Muka Dua ?




Aku bingung, seakan aku memiliki dua muka, pertama muka asliku dan yang kedua topengku. Di berbeda tempat ku harus memposisikan mukaku. Sekarang, aku merasa jauh dari dunia pelangiku dulu. Dulu ku bisa melangkah tanpa peduli siapa dia, siapa mereka, dan siapa kamu. Ku bisa menggerakkan kakiku kemanapun ku mau. Aku bisa melebarkan senyumku kapanpun ketika ku mau, aku bisa membuat rahang-rahangku pegal karena tertawa bersama mereka yang apa adanya, tanpa kepalsuan. Aku merindukan.

Ketika menulis ini, aku berada lagi pada titik jenuhku, titik yang hampir selalu ku rasakan akhir-akhir ini. Aku merasa hidupku monoton. Dulu, kehidupanku sekarang sangat ku tunggu-tunggu untuk ku bisa memasukinya. Dengan semangat ku bercerita akan ini itu disana-disini, tempatku sekarang kepada mereka. Aku bercerita tentang apa yang akan ku alami disini, ditempatku sekarang yang sangat ku damba-dambakan "dulu".

Rasanya aku ingin menangis, tapi tak bisa, air mataku tertahan disini, ditempat terdalamku atau mungkin air mataku sudah mengering. Aku lelah bila terus mengeluh dan bercerita pada mereka yang padahal selalu siap mengetahui kata-kata baru dariku, entah asli atau ?

Disini ku merasa kosong, hidup tapi seperti tak hidup. Gitu-gitu saja. Kalau tak seperti ini ya seperti itu, kalau tak begitu ya begini. Aku merindukan kehidupanku yang dulu. Yang setiap detiknya penuh warna. Aku merasakan kebebasan yang masih dalam batasan. Aku bisa melakukan tanpa memakai muka keduaku. Tanpa memakai diri yang bukan diriku sendiri. Dalam waktu, kadang tiba-tiba rasaku menjadi hampa, diriku ada tapi kosong. Disini memang aku tak sendiri, aku bersama mereka, orang-orang yang penuh dengan karakternya masing-masing. Tapi disini aku kosong. Kosong. Kosong.

20 November 2013
Entah sudah berapa kali keluhanku disini..